Oleh: Dadang Solihin**
Tulisan ini akan membahas tentang empat hal, yaitu (1) Basic Leadership, (2) Transformasi Budaya, (3) Millennial Leadership in a VUCA World, dan (4) Budaya Kerja pada Pemprov DKI Jakarta
Basic Leadership
Hard Skills yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Contoh: Insinyur mesin seharusnya menguasai ilmu dan teknik permesinan, Dokter harus mumpuni bidang ilmu kedokteran, Pemain sepak bola mempunyai ketrampilan teknik menggiring bola. Setiap profesi dituntut mempunyai hardskill yang khusus, tetapi softskills bisa merupakan kemampuan yang harus dimiliki di setiap profesi.
Soft Skills adalah keterampilan yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Terdiri dari (1) INTERPERSONAL SKILLS, yaitu keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, dan (2) INTRA-PERSONAL SKILLS, yaitu keterampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri.
Zig Ziglar: “SIKAPMU, BUKAN BAKATMU YANG AKAN MENENTUKAN KETINGGIANMU”
Transformasi Budaya
LEARNING HOW TO LEARN. Mempelajari, memahami, menghayati dan melaksanakan paradigma baru
LEARNING HOW TO UNLEARN. Mengevaluasi, mengendapkan, meninggalkan paradigma yang tidak sesuai dengan kekinian.
LEARNING HOW TO RELEARN. Menggali, menemukan dan mendayagunakan kearifan lama.
Gejala Transformasi di Indonesia
Saat ini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampak dari arus era digitalisasi. Toko konvensional yang ada sudah mulai tergantikan dengan model bisnis online marketplace. Taksi atau Ojek Tradisional posisinya sudah mulai tergeserkan dengan moda-moda berbasis online. Bahkan Distance Learningsudah dilakukan dari mulai tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi,
Wajah Kegiatan Ekonomi Dunia saat Ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Mulai dari Sharing economy, e-Education, Cloud Collaborative, Marketplace, e-Government, Online Health Services, Smart Appliances, Smart City, sampai Smart Manufacturing, dll.
Era Baru Industrilisasi Digital memiliki Ancaman, yaitu Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist); Diestimasi bahwa di masa yang akan datang, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini (U.S. Department of Labor report), dan Peluang, yaitu Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025, serta terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum).
Skill di Industri Masa Depan akan terdiri dari:
Complex Problem Solving. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya di dalam dunia nyata.
Social Skill. Kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence
Process Skill. Kemampuan terdiri dari: active listening, logical thinking, dan monitoring self and the others
System Skill. Kemampuan untuk dapat melakukan judgement dan keputusan dengan pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan
Cognitive Abilities. Skill yang terdiri dari antara lain: Cognitive Flexibility, Creativity, Logical Reasoning, Problem Sensitivity, Mathematical Reasoning, dan Visualization.
Bagaimana Merespon Masa Depan?
Komitmen peningkatan investasi di pengembangan digital skills
Selalu mencoba dan menerapkan prototype teknologi terbaru, Learning by doing!
Menggali bentuk kolaborasi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan digital skill
Dilakukannya kolaborasi antara dunia industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan
Menyusun kurikulum pendidikan yang telah memasukan materi terkait human-digital skills
Millennial Leadership in a VUCA World
Apa Itu V.U.C.A? Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1987 dalam menjelaskan teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus. Pada 2002 US Army War College memperkenalkan konsep VUCA untuk menggambarkan dunia multilateral yang lebih tidak stabil, tidak pasti, kompleks, dan ambigu yang dirasakan sebagai akibat dari berakhirnya Perang Dingin. VUCA adalah keadaan yang penuh gejolak (Volatility), tidak pasti (Uncertainty), rumit (Complexity), dan serba kabur (Ambiguity).
Dalam guncangan VUCA, ada satu yang tidak tergantikan, yaitu KEPEMIMPINAN. Peran pemimpin pada semua tingkat jabatan menjadi signifikan untuk bersiasat mengendalikan dunia yang tunggang langgang ini.
Sang pemimpin harus memiliki tiga kompetensi guna sukses berselancar dalam gelombang VUCA., yaitu:
Visi. Keadaan yang penuh gejolak (volatility) hanya bisa diredam apabila pemimpin memiliki visi yang jelas dan sederhana untuk diwujudkan.
Inovasi. Revolusi teknologi informasi membuat sesuatu menjadi tidak pasti (uncertainty) dan serba kabur (ambiguity). Kekuatan bisnis masa lalu, dimana harus tepat dalam perencanaan dan peramalan (forecasting) mengalami degradasi. Yang sudah direncanakan dengan baik dan diramalkan berbasis pada data-data yang sahih, bisa sekejap menjadi berantakan manakala muncul bisnis sejenis dengan platform berbeda yang jauh lebih murah dan mudah diakses konsumen. Tugas pemimpin untuk mengantisipasi dengan satu kata kunci: inovasi.
Lincah bergerak dimulai dari pemimpin tertingginya sampai ke lapisan paling bawah. Lincah adalah strategi yang sangat ampuh untuk menjawab kerumitan (complexity) dalam bisnis.
Budaya Kerja pada Pemprov DKI Jakarta
Budaya Kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai sebagai berikut (Pergub DKI No. 27/2015 tentang Budaya Kerja):
Komitmen Melayani, yaitu memberikan pelayanan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan pada saat ini dan masa datang, baik secara eksternal maupun internal organisasi sehingga tercipta kepuasan dan kepercayaan pelanggan. Nilai-nilai ini akan terlihat dari perilaku yang Responsif, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun, serta Peduli.
lntegritas, yaitu bertindak dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai, etika dan kode etik yang berlaku dengan menjadikan dirinya sebagai panutan melalui tindakan nyata, termasuk di dalamnya berani mempertahankan nilai-nilai yang disepakati dalam situasi apapun. Nilai-nilai ini akan terlihat dari perilaku yang Jujur, etis, dan dapat dipercaya, Tidak melakukan pungli dan korupsi, serta Menghindari benturan kepentingan.
Taat, yaitu tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan dalam mengelola tugas dan kewenangan sesuai dengan beban kerja atau tanggung jawab yang diberikan. Nilai-nilai ini akan terlihat dari perilaku yang Disiplin, Mengutamakan kepentingan organisasi, serta Mengambil keputusan sesuai lingkup kewenangan.
Akuntabel, yaitu dorongan yang mendasari seseorang untuk bekerja dengan cerdas, ikhlas dan tuntas, serta bersemangat untuk senantiasa melakukan inovasi yang dibutuhkan untuk perbaikan atau meningkatkan kualitas pekerjaan. Nilai-nilai ini akan terlihat dari perilaku yang Bekerja cerdas, ikhlas dan tuntas, lnovatif, serta Berbagi Pengetahuan dan bersinergi.
*Sumber: SpeakerDeck
**PPRA 49
コメント